Oleh : Suhariyadi
Dedes! Engkaukah itu yang mengintip dari balik jendela kamarku. Malam begitu dingin dan sepi. Angin membawa embun, melembabkan malam. Tak seorang pun yang mau melewati malam ini. Tapi kenapa engkau benamkan tubuhmu dalam suasana seperti itu. Adakah yang mengusik pikiranmu? Adakah yang mengotori perasaanmu? Masuklah kalau engkau mau berbagi atau sekedar menghangatkan badan dan memenuhi kehausanmu. Aku, Arok yang selalu melihat cahaya di betismu. Itu adalah tanda bahwa takdir akan menyatukan kita untuk meraih ambisi dan cita-cita. Tak perlu ragu. Aku tahu apa yang mesti aku perbuat. Aku tahu apa yang mesti aku lakukan. Sudah ada jalan membentang di depan dan rakyat berjajar sepanjang jalan, mengelu-elukan rajanya yang telah tiba. Tak kau lihatkah semua itu? Tidakkah kau rasakan gemuruh perasaan kita untuk berpaut. Gemuruh suara-suara gaib yang mendorong kita untuk berjalan di sepanjang jalan itu.
Masuklah. Kita akan merajut riwayat kita dari dalam kamar ini. Kita rencanakan apa yang mesti kita rencanakan. Kita tulis satu demi satu apa yang harus kita lakukan. Keraguan cuma menjadi beban dalam perjalanan. Kebimbangan cuma menjadi