by Foead Djadoel
Suatu pagi seorang wanita menjinjing bunga kamboja untuk kebutuhanya sehari-hari, setiap pagi dia membawanya ke pasar dengan perasaan senang. Setiap orang lewat disampingnya di selalu tersenyum tanpa memikirkan hidupnya, dia selalu bertanya kepada orang yang lewat di sampingnya “Selamat pagi” dengan senyumnya yang manis. Tetapi tanggapan orang-orang menganggap dia gila karena dia memakai pakaian yang kotor, kusam, dan berlubang. Dia memakai baju itu setiap hari.
Ketika malam menjelang,
dia pulang ke gubugnya yang beratapkan daun-daun kering yang diambilnya dari lahan orang lain dan temboknya berasal dari kardus. Setiap dia membayangkan suaminya yang telah tiada dengan senyum tangisnya, dia bertanya dalam hatinya “kenapa suamiku telah tiada, mungkin karena kesalahanku yang telah meninggalkanya saat dia sakit, aku tak menghiraukan perkataan orang lain yang menganggap aku tak perduli padanya, padahal aku selalu memikirkanya dibalik pagar besi yang menghalangiku untuk pulang”.
Saat ayam berkokok dipagi senja buta, dia pergi ke lahannya untuk memetik bunga kamboja yang akan dijualnya dan dia berkata “Terimakasih bunga atas pertolongnmu aku masih bisa hidup sampai sekarang”, kalau saja suaminya masih hidup dia takan menggantungkan hidupnya kepada bunga itu. Dia selalu memakai baju itu karena baju itu merupakan pemberian terakhir dari suaminya.
Sebenarnya dia mempunyai dua orang anak laki-laki yang sudah berkeluarga tetapi malu mengakuinya sebagai ibunya, karena dia sudah dianggap gila oleh penduduk setempat. Saat salah satu anaknya diam-diam pergi ke rumahnya tanpa sepengetahuan istrinya, ternyata anak itu masih mempunyai hati nurani walaupun hanya sedikit, dia senang karena dalam hati anaknya dia masih dinganggap sebagai ibunya. Anak itu menyapa orang tua renta itu “ibu maafkan aku yang telah menjauhi ibu karena aku malu dengan keadaan ibu yang begini”,diapun menjawab dengan senyumnya “tidak apa-apa nak, yang penting kamu masih mengganggap aku sebagai ibumu, sedangkan saudaramu telah meninggal tanpa sebab yang jelas, makasih nak????”.
Akhirnya anaknyapun mau mengakui dia sebagai ibunya dihadapan keluarga istrinya. Anak itu pergi kerumahnya lagi untuk meberitahukan hal ini kepadanya, tetapi orang tua renta itu entah pergi kemana meninggalkan rumah itu tanpa sepucuk surat.
Suatu pagi seorang wanita menjinjing bunga kamboja untuk kebutuhanya sehari-hari, setiap pagi dia membawanya ke pasar dengan perasaan senang. Setiap orang lewat disampingnya di selalu tersenyum tanpa memikirkan hidupnya, dia selalu bertanya kepada orang yang lewat di sampingnya “Selamat pagi” dengan senyumnya yang manis. Tetapi tanggapan orang-orang menganggap dia gila karena dia memakai pakaian yang kotor, kusam, dan berlubang. Dia memakai baju itu setiap hari.
Ketika malam menjelang,
dia pulang ke gubugnya yang beratapkan daun-daun kering yang diambilnya dari lahan orang lain dan temboknya berasal dari kardus. Setiap dia membayangkan suaminya yang telah tiada dengan senyum tangisnya, dia bertanya dalam hatinya “kenapa suamiku telah tiada, mungkin karena kesalahanku yang telah meninggalkanya saat dia sakit, aku tak menghiraukan perkataan orang lain yang menganggap aku tak perduli padanya, padahal aku selalu memikirkanya dibalik pagar besi yang menghalangiku untuk pulang”.
Saat ayam berkokok dipagi senja buta, dia pergi ke lahannya untuk memetik bunga kamboja yang akan dijualnya dan dia berkata “Terimakasih bunga atas pertolongnmu aku masih bisa hidup sampai sekarang”, kalau saja suaminya masih hidup dia takan menggantungkan hidupnya kepada bunga itu. Dia selalu memakai baju itu karena baju itu merupakan pemberian terakhir dari suaminya.
Sebenarnya dia mempunyai dua orang anak laki-laki yang sudah berkeluarga tetapi malu mengakuinya sebagai ibunya, karena dia sudah dianggap gila oleh penduduk setempat. Saat salah satu anaknya diam-diam pergi ke rumahnya tanpa sepengetahuan istrinya, ternyata anak itu masih mempunyai hati nurani walaupun hanya sedikit, dia senang karena dalam hati anaknya dia masih dinganggap sebagai ibunya. Anak itu menyapa orang tua renta itu “ibu maafkan aku yang telah menjauhi ibu karena aku malu dengan keadaan ibu yang begini”,diapun menjawab dengan senyumnya “tidak apa-apa nak, yang penting kamu masih mengganggap aku sebagai ibumu, sedangkan saudaramu telah meninggal tanpa sebab yang jelas, makasih nak????”.
Akhirnya anaknyapun mau mengakui dia sebagai ibunya dihadapan keluarga istrinya. Anak itu pergi kerumahnya lagi untuk meberitahukan hal ini kepadanya, tetapi orang tua renta itu entah pergi kemana meninggalkan rumah itu tanpa sepucuk surat.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar