Laman

Sebagian dari isi postingan di blog ini adalah repost dari link blog sahabat, saya tidak bermaksud menjiplak tujuan saya adalah untuk dokumentasi pribadi dan memberi informasi kepada pengunjung blog ini tidak ada maksud lain, terimakasih buat blog-blog sahabat, semoga tetap sukses,Terimakasih.
بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Desember 08, 2009

Mengapa Surga di Telapak Kaki Ibu














Beratku hanya 500 gram waktu dilahirkan. Dokter yang bekerja di rumah sakit tempatku dilahirkan bercerita kalau ibu tidak bisa mendengarkan penjelasannya karena matanya sudah dibanjiri air mata melihat diriku yang begitu kecil.


Kelima jari ku sebesar korek api, kepalaku sebesar telur, penggulku sebesar jari kelingking orang dewasa.


Selama tujuh bulan aku dibesarkan dalam incubator rumah sakit. Ibu setiap hari datang mengunjungi, tidak peduli apakah saat itu sedang turun hujan atau
salju. Dia bahkan datang tanpa membawa payung. Dia mengajakku berbicara dan membelai kepalaku. Jika ibu memberikan jarinya kedalam inkubator, aku segera meraih dan menggenggamnya


Sebelum ibu datang ke rumah sakit, para suster langsung membersihkan mukaku dan mengganti popokku dengan terburu-buru. Mereka benar-benar repot. Kalau ditanya mengapa, alasannya karena ibu akan memarahi mereka kalau melihat sedikit kotoran saja dimukaku.


“ Kenapa mukanya kotor? Masa bersihin muka bayi saja tidak bisa?, saya tau kalian sibuk, tetapi lakukan pekerjaan dengan baik!”


Lima bulan setelah dilahirkan, untuk pertama aku dikeluarkan dari inkubator dan dipeluk oleh ibu ku sendiri.


“ Kamu hebat sekali, bisa bertahan hidup sampai sekarang, Miyuki”. Katanya sambil menangis.


Waktu itu pula, ibu tau dari para dokter tentang mataku. “ Mata Miyuki, untuk seterusnya, tidak akan bisa membedakan bentuk lagi.” Air mata ibu terus mengalir tidak bisa dihentikan. Dia sampai tidak tahu bagaimana caranya sampai kerumah.


Akan tetapi, kemudian ibu berubah pikiran dan persumpah pada dirinya sendiri, “ Aku akan berjuang untuk hidup bersama dengan Miyuki-Chan!”.


Waktu aku TK, aku dan ibu pernah berjalan-jalan ketaman deket rumah. Sebelum mulai bermain, ibu menjelaskan, “ Disini ada bangku, kalau kamu berjalan ke depan sedikit lagi, ada papan iklan. Hati-hati “. Dia menjelaskan dengan teliti.


Akan tetapi, waktu sedang bermain disana, aku menabrak papan iklan dan terluka parah, namun ibu sama sekali tidak membantu. Dia pura-pura tidak tahu aku terluka.


“ Itu gara-gara kamu tidak berhati-hati waktu berjalan, kan?” kalau sakit, lain kali hati-hati waktu bermain!” hanya itu ucap ibu.


Waktu aku jatuh dari tangga di rumah, aku sangat kesakitan dan tidak bisa bergerak.


Ibu dari atas bertanya, “ Sedang apa kamu di sana?”


“ Aku jatuh dan tidak bisa bergerak”.


Ibu hanya mengatakan satu hal, “ Salah sendiri”. Hanya itu.


Pernah ada kejadian seperti ini, aku aku sedang bermain ayunan sewaktu tiga anak laki-laki datang kearahku dan berkata “ Eh, lihat, dia buta lho!”


Ibu memburu kearahku, “ Terus kenapa kalau anak ini buta? Kalian tidak pernah berpikir anak ini bekerja jauh lebih keras dari pada kalian?”.


Anak-anak itu terkejut mendengarnya dan langsung meminta maaf, “ Maafkan kami, Tante “. Anak-anak itu kemudian bermain bersamaku.


Ketika kelas tiga SD, aku mulai belajar menaiki sepeda yang menggunakan roda penolong. Aku semula berpikir ibu akan menuntunku lebih dahulu sebelum mulai latihan, namun ibu hanya duduk di bangku dan mulai berteriak supaya aku mulai bersepeda. Beberapa aku jatuh dari sepeda, darah membanjiri lututku dan sikuku. Ibu tetap diam.


Saat jatuh untuk pertama kali, aku kesulitan untuk mencari sepedaku. Akhirnya aku menemukan setangnya dan setengah kuat tenaga mendirikan sepeda itu lagi. Ibu tetap berteriak-teriak dan aku marah sekali.


Ibu jahat sekali, pikirku pada waktu itu.


Akujatuh bangun beberapa kali sampai akhirnya merasakan angin menerpaku. Aku bisa naik sepeda!.


Ibu berlari kearahku, “ Miyuki! Kamu hebat! Kamu bisa kan kalau berusaha lebih dulu!” dia lalu memeluku. Aku lupa kalau sedang marah padanya ketika berada dalam pelukannya.


Sekarang, aku sudah kelas tiga SMP. Sampai sekarang ibuku masih mengajariku berbagai hal, untuk bersimpati kepada orang lain, untuk terus berusaha jika ingin melakukan sesuatu, dan untuk bertingkah laku sopan.


Aku sangat mencintai ibu.


Aku mungkin tidak bisa melakukan banyak hal karena buta. Akan tetapi, aku percaya bisa melakukan banyak hal kalau berusaha.


Sekarang aku ingin ibu bisa mengalirkan air mata bahagia. Air mata bahagia yang terus mengalir sampai tidak bisa berhenti.


Akan tiba saatnya waktu impianku tercpai.


1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...