Laman

Sebagian dari isi postingan di blog ini adalah repost dari link blog sahabat, saya tidak bermaksud menjiplak tujuan saya adalah untuk dokumentasi pribadi dan memberi informasi kepada pengunjung blog ini tidak ada maksud lain, terimakasih buat blog-blog sahabat, semoga tetap sukses,Terimakasih.
بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Desember 09, 2009

Cintaku Takkan Terbagi




by: abdun albarra
Subuh ini memang agak dingin dari biasanya, karena tadi malam hujan deras sekali, Hayati dengan setia tetap bangun untuk shalat subuh, Hayati keliatan mengigil ketika mengambil air wudlu, memang air di dalam kamar mandi sangat dingin sekali, bagai salju.... dingiiin..., Hayati bergumam.
Mas...bangun... sudah subuh nih.., Hayati membangunkan suaminya.
Pasangan penganten muda ini belum genap enam bulan mereka berumah tangga, Hayati yang hanya ibu rumah tangga, sebenarnya dia sarjana pendidikan, bisa saja mendaftar jadi PNS, atau sekedar meng-honor mengajar di SMU, tapi dia tidak mau, karena ingin setia mendampingi Sofyan suaminya dulu, pernah suaminya menyarankan agar dia mendaftar jadi PNS, Hayati menjawab nanti saja, Sofyan tidak tahu alasan penolakkan istrinya, namun Sofyan tidak pernah juga tanya, kenapa ia tidak mau
kerja. Setelah itu Sofyan tidak pernah lagi menyuruh istrinya untuk bekerja.
Sofyan bekerja di Pemerintah Daerah, setelah lulus sarjana di Fakultas Sosial Politik tidak sempat menganggur, ada penerimaan CPNS di Pemda, dia mendaftar langsung lulus, dia memang mahasiswa yang cerdas, sebenarnya Sofyan dan Hayati satu Kampus cuma beda fakultas, perkenalan pertamanya pada saat semester kedua di kantin bu Yanti, yang dikenalkan oleh teman SMU nya Santy yang satu fakultas dengan Hayati. Setelah itu mereka sering bertemu di kantin itu. Tidak diketahui sejak kapan mereka mulai jadian. Namun seiring perjalanan waktu keakraban mereka semakin lengket bagai perangko sama amplopnya aja, setelah sama sama lulus, dua bulan kemudian mereka menikah. Mereka bercita cita ingin punya anak dua saja. (ikut program pemerintah kali..he...he, yang jelas cuma dua anak yang ditanggung dalam daftar gaji).
Hayati setelah selesai shalat sunnat, bangkit menuju kamar, membangunkan sofyan suaminya. Yang masih tidur, rapat dengan selimut.
Mas... cepat bangun, sebentar lagi pak Sudin qamat, pak Sudin memang biasa azan dan qomat di Musalla yang tidak jauh dari rumah mereka, jaraknya mungkin sekitar seratus meteran (maklum penulis belum sempat mengukur jaraknya, maaf ya).
Sofyan bangun dengan agak malas, keliatannya masih ngantuk, dan matanya masih kerlap kerlip bagai bintang, jalanya masih sempoyongan, hampir saja menabrak kursi kayu. Sofyan langsung ke kamar mandi,...(entah apa yang dia lakukan, sebab pintunya tertutup, jadi penulis tidak bisa melihat), Soyan keluar dari kamar mandi dengan muka yang sudah segar, lalu menuju kamar, beberapa menit kemudian, pak Sudin qamat. Sofyan agar tergesa keluar kamar, lalu pamit kepada istrinya, yang sedang asyik berzikir.
Yang...saya pergi dulu....
Istrinya tidak menjawab hanya menganggukkan kepala. Sofyan langsung pergi ke Musalla.
***
Hayati selesai shalat subuh, langsung ke dapur menyiapkan sarapan pagi, ini pekerjan rutin yang ia kerjakan setia hari, Hayati tidak canggung kerja di dapur, karena ini sudah biasa dia lakukan waktu masih kuliah dulu. Sambil memotong bawang merah Hayati mendengarkan lagu yang diputarnya di DVD, se- sekali ia ikut melantunkan lagunya. Pada saat lagu “ Atas Nama Cinta” nya Rossa, mengalun merdu dan Hayati pun ikut menyanyikan lagu itu, pada saat reff:
Atas nama cinta
Hati ini tak mungkin terbagi
Sampai nanti bila aku mati
Cinta ini hanya untuk engkau

Atas nama cinta
.......
Lagu mengalun terus, dan Hayati pun larut menikmati alunan lagu Rosa itu dan sembari ikut bernyanyi, sambil tetap mengaduk nasi goreng ke sukaan suaminya.
Assalamu alaikum...., Sofyan mengucap salam
Wa alaikum salam...., jawab istrinya. Apa isi ceramah pak haji hari ini mas..., tanya istrinya
Di Musallah itu setiap Selasa subuh selalu ada ceramah agama yang disampai oleh pak haji Abdurrahman, ustaz jebolan IAIN.
Tentang menahan amarah..., bagus sekali ceramahnya tadi, pak haji bilang,..kita harus mampu mengendalikan emosi, jangan cepat marah, cerita Sofyan kepada Hayati.
Kalo kerja di dapur jangan sambil nyanyi ... pamali lo..., canda Sofyan
Nenek saya bilang, kalo perempuan kerja di dapur sambil nyanyi, perkawinannya tidak awet..., lanjut Sofyan lagi.
Hayati hanya tersenyum sambil melanjutkan kerjanya, tentu nyanyinya juga, sedangkan Sofyan kembali ke kamar, dan tidak keluar lagi, (mungkin tidur kali).
***
Di sebuah rumah lumayan besar, yang terbuat dari kayu, dengan artistik klasik, sekeliling rumah ditutupi pagar dari bambu yang tertata apik, di halaman depan banyak tanaman hias berbagai jenis, yang menyejukkan mata, di belakang rumah ada sebuah pohon mangga, yang mulai keluar bunganya, sepertinya pemilik rumah ini orangnya suka seni. Siapapun yang tinggal di rumah ini akan betah.
Cuaca sore ini cerah, dengan angin yang sepoi membelai tubuh, suara ranting yang bergesek, seperti suara biola dengan lagu jazznya Ebet Kadarusman. Seorang laki laki tua duduk santai diteras depan.
Pak ...sudah empat bulan nak Hayati tidak datang, istri pak Udin memecahkan keheningan, dan mengagetkan Pak Udin, yang sedari tadi duduk di teras sambil membaca surat kabar dan di meja disampingnya segelas kopi hitam yang hanya sisa separohnya dan sepiring gorengan pisang, yang di beli istrinya di warung bu Minah. Pak Udin tidak menjawab tetap asyik membaca korannya, sesekali menghirup kopinya.
Paaak...., istri Pak Udin mengeraskan suaranya.
Ada apa bu..., pak Udin agak kaget
Ada apa ....ada apa, istrinya agak kesal.
Ya...ibu ini ngomong apa toh..., kalo ngomong yang jelas...,
Aku ni sudah jelas ngomongnya...itu ....anak kita Hayati sudah empat bulan tidak datang kesini...dan tidak ada kabarnya, coba kita jenguk, jangan jangan terjadi sesuatu padanya, jelas istri Udin
Biar ... saja, jawab pak Udin singkat,
Bapak ini gimana toh..., walau bagaimana dia itu tetap anak kita.
Ya...anak kita,... anak yang tak tahu diuntung...., jawab pak Udin agak emosi.
Istri pak Udin langsung pergi ke dalam rumah dengan kesal atas sikap suaminya, yang masih saja marah dengan Hayati.
Pak Udin tidak setuju anaknya Hayati kawin dengan Sofyan, karena pak Udin sudah terlanjur menjodohkan Hayati dengan anak temannya yang sama sama pengusaha, lulusan Autralia.
Mau ditaruh dimana muka bapak mu ini...hah, Kalo kamu tetap kawin sama Sofyan pergi dari rumah ini, waktu itu pak Udin memarahi Hayati
Istri pak Udin tidak bisa berbuat apa apa, hanya menangis, Hayati kadung cinta dan sudah berjanji kawin dengan Sofyan.
Akhirnya Hayati dan Sofyan tetap menikah tanpa persetujuan pak Udin, pada prosisi pernikahan mereka dilaksanakan di rumah orang tua Sofyan, pak Udin tidak hadir, hanya istrinya yang datang.
Setelah Hayati dan Sofyan menikah dua bulan kemudian mereka datang ke rumah pak Udin, bukannya sambutan “selamat datang” yang mereka terima, tapi caci maki yang mereka dapatkan.
***
Mas... nanti sore saya mau ke dokter..., ucap Hayati
Kamu sakit ya..., tanya Sofyan agak cemas, tapi aku pulang terlambat, karena ada lembur hari ini, lanjut Sofyan.
Tidak...hanya kontrol saja..., sudah lama saya tidak cek kesehatan... jawab Hayati
Ooh..., nanti kamu naik apa...?
Naik taxi aja....
Baiklah ..., tapi hati hati.., nasehat Sofyan , ...saya mau berangkat dulu..., kata Sofyan lagi, sambil mencium dahi istrinya, sedangkan Hayati mencium tangan suaminya.
Assalamu alaikum...., Sofyan memberi salam
Wa alaikum salam, jawab Hayati
Sebenarnya Hayati mau cek kehamilannya, karena sudah dua bulan dia tidak kedatangan tamu rutinnya, Hayati sengaja tidak memberi tahu suaminya, karena ingin memberikan kejutan.
seperti biasa, Hayati setelah suaminya berangkat kerja baru dia mencuci pakaian, mencuci piring, bersih bersih rumah, sambil tetap mendengar lagu lagu kesayangannya.
Setelah selesai semuanya Hayati berbaring di kamarnya, mungkin karena kecapean dia tertidur. Sekitar pukul 11, Sofyan datang dia tidak jadi lembur, tapi hanya disuruh atasannya menemui kepala dinas pertaniaan, membicarakan rencana pemamfaatan lahan gambut, sepulang dari kantor dinas pertanian, dia mampir ke rumah.
Assalamu alaikum....., Sofyan memberi salam, sambil memegang gagang pintu, tapi tidak ada jawaban. Sofyan memutar gagang pintu, dan pintu pun terbuka.
Kemana istriku..., kok sepi, dan pintu tidak dikunci, kemana dia, ...apakah dia ...., Sofyan bergumam, sambil berjalan, dia menuju kamar dan membuka pintunya, ternyata istrinya tidur pulas sekali, tapi Sofyan tidak membangunkan, mungkin dia kecapen, pikirnya.
Oh lapar neih..., gumam Sofyan, sambil berjalan menuju ruang makan, tapi tidak ada sesuatu, lalu pergi ke dapur, satu persatu lemari di dapur ia buka, waktu membuka lemari di atas kompor gas, matanya tertuju ada dua amplop surat,mulanya agak ragu, namun diambilnya juga kedua amplop itu, sepertinya sudah dibuka, diamplop itu tidak ada pengirim dan juga tidak ada untuk siapa. Sofyan mengeluarkan isinya, dan membacanya: matanya terbelalak, isi surat itu diantaranya berbunyi “mohon jangan gugurkan anak kita, saya akan tetap mengawinimu”, di akhir surat tersebut tidak tertulis pengirimnya, hanya ada tulisan “dari orang yang sangat mencintaimu”.
Sofyan meremas surat itu mukanya merah, tangan dikepalkan sangat kuat, dia berguman ...kurang ajar, ternyata dia berkhianat.
Sofyan langsung ke kamar, dengan agak berlari, dia tendang pintu kamar, istrinya terkejut, sebelum sempat tanya, bogem mentah sudah mendarat di muka istrinya, Hayati makin kaget dan heran,
Ada apa mas..., Hayati bertanya
Sofyan bukannya menjawab pertanyaan istrinya, setan sudah merasuk ke seluruh tubuhnya, dia pukul lagi istrinya yang akan bangun dari kasurnya, karena pukul tersebut Hayati tersungkur di kasur.
Pergi ...pergiiiiii, sofyan mengusir istrinya,
Hayati hanya menangis dan menahan sakit ke luar dari kamar tidur, dia berjalan sempoyongan, Hayati bingung, ada apa dengan suaminya, Hayati tidak berani bertanya lagi, karena dia lihat suami sudah seperti serigala yang siap menerkam.
Ayo cepat pergi..., hardik Sofyan
Hayati dengan terpaksa dia menuju pintu depan, dan keluar tanpa membawa apa apa, dia pergi membawa duka. Hayati bingung, harus kemana dia, pulang ke orang tuanya jelas tidak mungkin, karena bapak nya sudah mengusirnya, Hayati berjalan tanpa tahu harus kemana, cuaca yang sangat panas menambah penderitaan Hayati, dia berjalan terus, tanpa menoleh ke belakang.
***
Sementara Sofyan masih saja diselimuti kemarahannya, dia lempar gambarnya waktu dia bersanding dengan Hayati, baju baju Hayati dia hamburkan di kamar.
Mungkin karena suda kecapean, Sofyan duduk di kursi ruang tamu. Dia melamun, mengingat masa pacaran dulu, kemudia dia pukul kepalanya dengan kedua tangannya, sambil bergumam...tak ku sangka, dia berkhianat..., kurang ajar.
Tanpa disadarinya ada seorang perempuan berdiri di depan pintu,
Assalamu alaikum, ..perempuan itu memberi salam.
Sofyan tidak langsung menjawab, dia menoleh ke arah suara itu, ...eeh Santy..., hanya itu yang keluar dari mulut Sofyan.
Mas ...Hayati ada...
Sofyan tidak menjawab hanya diam, Santy pun bingung,
Maaf mas... saya mau bertemu Hayati..., saya mau mengambil surat surat saya, yang saya titipkan kepada istri mas..., jelas Santy.
Sofyan kaget, dan menatap wajah Santy seperti mau menerkam saja, dan Sofyan tidak berkata apa apa, langsung beranjak menuju dapur, diambinya surat surat yang dia remas tadi. Dan membawanya ke ruang tamu,
Apakah ini ...yang kamu maksud...
Ya.. betul, itu surat dari pacar saya, saya takut dengan ayah saya, makanya saya titipkan dengan Hayati, istri mas..., kata Santy
Jadi....jadi...., Sofyan tidak melanjutkan kata katanya, bahkan surat itu tidak sempat dia kasih kan kepada Santy, dia lepas begitu saja, Santy tambah bingung, Sofyan langsung ber lari ke luar rumah. Sofyan bingung dia bergumam”... ke arah mana istriku pergi”.
Maaf bu melihat istri saya, ke arah mana dia pergi..., tanya Sofyan kepada bu Ida penjaga warung di samping rumahnya.
Ke arah simpang empat mas...., jawab bu Ida.
Sofyan tanpa berterimakasih langsung lari menuju simpang empat, sampai di simpang empat, orang orang banyak berkerumun, Sofyan seperti mendapat pirasat tidak baik, dia bertanya kepada orang yang lewat, ada apa mas....,
Ada perempuan ketabrak mobil, dan mobil yang menabrak sudah lari..., jawab orang itu
Dada Sofyan berdetak kencang, dia langsung menerobos kerumunan orang tersebut
Hayati...., hanya itu yang keluar dari mulut Sofyan, dia langsung memeluk istrinya yang berlumuran darah.
Maaf kan saya...,saya salah, maafkan kan sayang...., saya tidak tanya dulu..., maafkan sayang, ucap Sofyan sambil memeluk istrinya,
Saya... juga minta maaf..., saya... tidak.... cerita kalo... Santy datang ke rumah... dan titip surat..., ucap Hayati terbata bata. Saya sangat mencintai mu mas...., setelah mengatakan itu, muka Hayati terkulai dan....
Hayati iiiii, jangan pergi sayang...., Hayatiiii...., Sofyan menjerit dipeluknya tubuh istrinya dengan erat dan Sofyan pun tidak sadarkan diri....
****
Biak, 29 November 2009

Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...