Laman

Sebagian dari isi postingan di blog ini adalah repost dari link blog sahabat, saya tidak bermaksud menjiplak tujuan saya adalah untuk dokumentasi pribadi dan memberi informasi kepada pengunjung blog ini tidak ada maksud lain, terimakasih buat blog-blog sahabat, semoga tetap sukses,Terimakasih.
بِسْمِ اﷲِالرَّحْمٰنِ الرَّحِيْم

Desember 09, 2009

Dia Tanpa Aku





Citra adalah cwe yang sejak dua bulan yang lalu diincar oleh Ronald, sayangnya Citra masih kelas tiga SMP jadi Ronald belum mau PDKT. Sampai akhirnya Citra masuk SMA. Malam ini di hari pertama Citra masuk SMA, Ronald akan datang ke Rumah Citra dan akan menceritakan semuanya. Namun, semuanya tidak sesuai dengan rencana. Saat Ronald turun dari taksi dan hendak menuju rumah Citra, tidak disangka-sangka muncul sebuah mobil sedan dengan kecepatan tinggi yang langsung saja menghantam tubuh Ronald. Tubuhnya rebah, darah mengalir. Buket bunga yang ia bawa terlepas dari genggamannya. Namun, satu kuncup tertinggal dan tergenggam erat olehnya, mawar putih. Dan akhirnya Ronald tidak terselamatkan lagi.


Bangku itu telah kosong. Sia-sia andika menatap ke ambang pintu, sahabatnya tidak akan datang. Dalam benaknya muncul sebuah pertanyaan, kemana perginya jiw-jiwa yang lepas dari badan. Pertanyaan yang sama juga muncul dalam benak Reinald, adik Ronald. Kematian kakaknya diumumkan oleh pihak sekolahnya. Namun karena baru sehari ia masuk SMA, jadi tidak banyak temannya yang melayat. Tidak juga Citra yang satu kelas dengannya. Reinald menganggap Citra-lah penyebab kematian Ronald. Rasa marah dan keinginannya untuk
menyalahkan Citra membuat sikapnya terhadap Citra menjadi penuh permusuhan. Keduanya kemudian kerap bertengkar tanpa Citra tahu alasan sebenarnya.



Sikap Reinald berubah darstis ketika Citra memutuskan untuk tidak lagi mengacuhkannya. Kini Reinald berada di posisi yang sama seperti Ronald dulu. Perubahan sikap Reinald tanpa sadar mendekatkan keduanya. Dan akhirnya Reinald tak lagi ingin menjaga Citra demi almarhum kakaknya. Namun perasaan sayangnya terhadap Citra membuat Ronald “kembali”. Namun Ronald kembali bukan dalam bentuk penampakan. Ia kembali dalam bentuk maya. Ia abstrak. Berbagai kejadian yang mengingatkan Reinald pada Ronald terjadi. Mulai dari Reinald mencium bau parfum Ronald di kamarnya, cerita Citra yang mengatakan saat ia mendengarkan radio hanya lagu when I fall in love yang diputar atau yaang akan di putar. Reinald kaget mendengar cerita itu karena lagu itu menjadi lagu favorit Ronald menjelang kepergiannya.



Tidak hanya itu, pagi itu Citra juga menceritakan saat ia mendengar radio ada seorang cowok yang menelpon ke radio itu dan menceritakan kisah cintanya. Cowok itu tidak mengatakan namanya, namun ia memberi tahu nama cewe yang dicintainya. Namanya Devi. Cowok itu menceritakan saat dia SMA, ia pernah menyukai seorang gadis namun ia tidak berani melakukan pendekatan karena gadis itu masih kelas tiga SMP. Reinald tersentak, bukan saja karena cerita cowok itu sama dengan kisah Ronald, juga karena nama gadis itu Devi. Sama seperti nama Citra, Citra Devi.



Reinald jadi kacau padahal hari itu juga ada ulangan bahasa inggris. Kedua puluh soal itu berformat jawaban B-S (Benar-Salah). Ketika akhirnya selesai mengerjakan kedua puluh soal tersebut, ia mendapat semua jawabannya adalah…Benar. Seketika wajahnya memucat. Kini ia menyadari, ini lah jawaban dari pertanyaan selama ini. Apakah Ronald memang kembali?. Di depannya, jawaban itu diberikan dalam dua puluh kali perulangan. BENAR….!!!


Ia menceritakan semua kejadian itu pada Andika. Walaupun Andika menganggap sumber kekalutan Reinald berasal dari diri Reinald sendiri, toh itu membuatnya tidak tenang juga. Semenjak kejadian-kejadian itu, Reinald sangan mem-protect Citra. Dia menelpon dan mengirimnya SMS setiap hari saat Citra tidak sedang ada bersamanya. Reinald juga mengantar jemput Citra tiap hari. Namun, karena hari ini Reinald bangun kesiangan ia tidak bisa menjemput Citra.



Citra melangkah ke luar rumah dengan perasaan gembira karena bebas dari pengawasan Reinald. Namun langkah ringannya melambat saat melewati sebuah rumah. Ada suasana duka terasa di rumah itu. Di dasbornya ada sebuah buket bunga bertuliskan “TURUT BERDUKA CITA”. Citra sudah akan meneruskan langkahnya saat seorang cowok menabraknya. Cowok itu terhuyung nyaris jatuh. Buket bunga di tangannya terlepas dan beberapa tangkai bunganya patah karena jatuh dan menghantam aspal. Cepat-cepat cowok itu memungut buket bunga itu. Citra minta maaf kepada cowok itu. Cowok itu menjawab singkat dan langsung bergegas pergi. Gerakan cowok itu yang cepat dan tiba-tiba membuat salah satu tangkai bunga terjatuh dari buketnya. Citra mengulurkan tangan dan bunga itu jatuh di tengah telapak tangan Citra, mawar putih yang masih kuncup. Citra memanggil cowok itu, namun cowok itu sudah masuk ke dalam rumah tadi. Jadi Citra memutuskan membawa bunga itu.



Langkah Reinald terhenti mendadak saat Citra sedang memandangi setangkai mawar putih yang masih kuncup. Kuncup mawar itu, satu-satunya bunga yang tergenggam erat di tangan Ronald saat kecelakaan itu terjdi. Reinald memberikan bunga itu kepada Citra, biar menjadi kenangan Ronald pada gadis yang dicintainya. Tapi mewar itu harusnya mengering. Namun mawar itu sekarang ada di sini, di dekat Citra dan masih nampak segar. Reinald menanyakan asal mawar itu pada Citra. Setelah Citra selesai bercerita, Reinald bisa memastikan satu hal, Citra telah bertemu Ronald…..



Andika sedang merapikan rak bukunya, saat matanya tertuju pada sebuah komik yang terletak di rak paling atas. Ia langsung ingat, komik itu dibawa Ronald saat meminjam motornya. Di dalamnya ada foto Citra yang diambil pada hari ia menemani Ronald untuk melihat Citra. Diambil saat sebelum Ronald memutuskan untuk mengejar Citra, menemaninya berlari kemudian melindunginya. Momen ketika akhirnya saling menyebutkan nama. Andika lalu menelpon Reinald dan mengajaknya bertemu untuk mengembalikan komik.



Dua jam sebelumnya bel pulang berbunyi, mendadak turun hujan lebat. Namun lima belas menit menjelang bel, hujan berhenti sama sekali. Andika menunggu Reinald di sebuah warung makan di sebrang sekolah Reinald. Tidak lama kemudian Reinald datang. Saat sedang asyik mengobrol, pandangan Andika tertuju pada seorang cewek, Citra. Reinald ikut memperhatikan Citra. Sementara itu, dengan langkah santai Citra menghampiri teman-temannya yang sedang berdiri di tepi trotoar. Dengan gerakan tiba-tiba, Citra melompat ke tengah genangan air kotor tepat di depan teman-temannya. Citra langsung lari terbirit-birit. Reinald yang melihat kejadian itu menepuk bahu Andika lalu ikut berlari mengikuti Citra. Sedetik kemudian Andika tertegun saat menyadari peristiwa yang sama pernah terjadi. Tanpa pikir lagi, Andika ikut lari menyusul Reinald. Andika dan Reinald berusaha menutupi Citra yang sedang bersembunyi di balik pohon.



Tiba-tiba Andika terpakau. Tubuhnya membeku saat menyadari sesuatu. Persamaan setting tampat, persamaan situasi. Dulu Ronald juga melakukan hal yang sama. Setelah teman-temannya pergi, Citra keluar dari persembunyiaannya. Ia menatap Andika, dia ingat dulu pernah melakukan hal yang sama. Citra juga menayakan Cowok yang dulu bersamanya. Andika meminta Citra untuk mengingat-ingat Ronald, namun Citra tidak ingat. Sementara Reinald membeku di tempatnya berdiri. Ia ingat pernah membaca catatan Ronald tentang kejadian ini.



Mereka lalu berpisah. Setelah Citra dan Reinald jauh, Andika teringat kembali dengan komik itu. Sambil menatap Citra dan Reinald, Andika mengeluarkan foto Citra dari halaman komik. Mendadak ia terkejut. Tidak salah. Anting-anting yang sama, jam tangan yang sama, tas yang sama, ikat pinggang yang sama, kaus kaki yang sama dan sepatu yang sama. Andika terpaku. Instingnya mengatakan ini bukan kebetulan. Tidak sengaja Andika melihat sebaris kalimat di belakang foto Citra. Cowok itu terkesiap. Keterkejutannya yang amat sangat membuatnya limbung dan hampir jatuh. Sekali lagi ia membaca kalimat itu. Kasih tau Reinald, gue titip Citra.



Reinald menatap baris kalimat itu dengan diam. Ia merasa sama terkejutnya dengan Andika. Malam ini Andika menginap di rumah Reinald. Tiba-tiba terdengar bunyi bel. Citra datang. Reinald dan Citra memang akan belajar bahasa inggris bersama. Reinald lalu membukakan pintu untuk Citra. Citra meminta mereka belajar sambil mendengarkan radia biar nggak ngatuk. Reinald memutar tuning. Samar-samar terdengar lagu when I fall in love. Lagu itu berakhir. Terdengar suara penyiar, penyiar itu mengatakan di studia telah hadir seorang tamu yang sangat special. Orang itu punya storry yang waktu itu bikin terharu. Dia memakai nama samaran, Tom. Nama itu menghantam Reinald dan Andika seperti pukulan gondam. Dan suara cowok itu membekukan aliran darah Reinald dan Andika. Itu suara Ronald. Tom tidak hanya menceritakan tentang Devi, ia juga menceritakan tentang adiknya. Seketika Reinald terkesiap. Tiba-tiba sang penyiar mengatakan siapapun yang ingin berinteraksi langsung dengan Tom, bisa menghubungi sebuah nomor. Citra langsung ribut meminjam Hp.



Setelah telepon tersambung, Citra langsung menyapa Tom. Setelah berbasa-basi, Tom meminta Citra untuk memberikan teleponnya ke orang di sebelah kanannya. Citra menyerahkan ponsel itu pada Reinald. Setelah ponsel itu berpindah tangan, Citra baru merasa heran. Keheranannya semakin bertambah saat ia mendengar percakapan Tom san Reinald. Tom mengatakan menitipkan gadis yang di cintainya pada Reinald. Reinald tidak mampu lagi menahan isaknya. Ponsel itu terlepas dari genggamannya tapi Andika langsung menangkap ponsel itu. Tom menyapa Andika dan mengucapkan terimakasih padanya. Setelah kata itu, acara itu berakhir. Reinald dan Andika tersadar. Dengan bersamaannya mereka mengguncang-guncang radio itu. Mereka memutar tuningnya namun saluran radio itu tidak tertangkap. Keduanya teringat nomor telepon tadi, namun nomor itu tidak bisa dihubungi.



Hampir seperempat jam berlalu. Citra menatap kedua cowok itu dengan heran. Reinald menangis tanpa suara. Andika pucat dan seperti tidak sadar sepenuhnya. Citra lalu menanyakan apa yang terjadi. Reinald dan Andika lalu menceritakan semuanya kepada Citra.



Beberapa yang lalu, kuncup mawar diletakan di batu nisan Ronald. Di sisi nisan, Reinald duduk bersila di atas rumput. Di sebelah kirinya, Citra duduk bersimpuh. Di pangkuannya, sebuah amplop coklat besar yang berisi foto-fotonya tergenggam erat di tangannya. Reinald mengangkat kepala lalu mengajak Citra pulang. Keduanya meninggalkan tempat itu dalam diam, namun mereka yakin Tuhan dan alam akan menyampaikan apa yang tidak sanggup mereka sampaikan kepada tubuh yang telah di peluk bumi.



Untuk Roland, terimakasih dan seluruh cinta….

1 komentar:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...